Berdasarkanayat di atas, terdapat beberapa contoh perilaku ikhlas yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari sebagai berikut: Seorang muslim mesti berhati-hati dalam berbuat atau berperilaku. Dalam beribadah, niatnya hanya ditujukan kepada karena Allah SWT, bukan untuk pamer, riya, atau mencari pengakuan orang lain. Orangyang beriman dan percaya akan pertolongan Allah insya Allah mampu mengatasi semua masalah itu. Bersama Allah tidak ada masalah yang tidak mungkin diselesaikanNya. Allah sudah menjanjikan dalam surat At Thalaq ayat 2-3 : “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. 3. KEWAJIBANMENDAHULUKAN WAHYU DARIPADA HAWA NAFSU / AKAL. Diantara sebab penghalang ittiba’ (mengikuti ajaran Nabi shallahu ‘alahi wasallam, ialah mendahulukan hawa nafsu atau akal daripada wahyu yang berlandasan dengan Al-Qur’an dan As-sunnah.Maka dari itu permasalahan yang berkaitan dengan agama harus dikembalikan kepada Al- Qur’an Namun Allah tidak mengasihi karena kita layak mendapatkan kasih-Nya. Dia mengasihi, apa pun keadaan kita. Dalam 1 Yohanes 4:10 kita membaca, “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”. Biladakwah ke jalan Allah dilakukan dengan sikap kasar dan kejam, maka akan lebih banyak mudharatnya daripada memberikan manfaat. Kedelapan : Penuh Perhatian. Wajib bagi seorang da’i memiliki pengetahuan terhadap realita di negeri yang ia berdakwah di dalamnya dan mengetahui kondisi manusia yang ia dakwahi. HR. Muslim dan Abu Dawud. Beberapa hal yang harus ditunaikan terlebih dahulu oleh ahli waris sebelum harta warisan dibagikan adalah: Zakat. Kalau harta yang ditinggalkan sudah saatnya dikeluarkan zakatnya, maka zakat harta Salahseorang di antara mereka bertawasul dengan amalan berbakti kepada kedua orang tuanya. Yaitu dia selalu memberikan susu kepada kedua orang tuanya sebelum memberikan kepada anak-anaknya bahkan dia bersabar menunggu untuk memberikan susu tersebut kepada orang tuanya sampai terbit fajar. (HR. Bukhari no. 5974 dan Muslim no. 2743) 1Ikhlas dalam Bersedekah. Seseorang wajib mengikhlaskan niat karena Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- semata di dalam bersedekah dan mencari keridhaan-Nya serta kedekatan di sisi-Nya, baik sedekah wajib maupun sedekah mustahab (sunnah). Jika keikhlasan tidak ada, maka sedekah akan batal dan dapat menggugurkan pahalanya. PHtdEa. Oleh IMAM NUR SUHARNOOLEH IMAM NUR SUHARNO Semua urusan menjadi mudah ketika mendekat dan berserah diri hanya kepada Allah SWT semata. Kebingungan, kegundahan, dan problematik kehidupan menjadi sirna sebab hanya Allah yang menjadi tempat bergantung. Masalahnya adalah tidak sedikit manusia yang menjadikan Allah sebagai prioritas hanya sebatas di lisan. Padahal, kita sudah bersumpah untuk mempersembahkan seluruh hidup dan mati hanya untuk-Nya. “Katakanlah Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam’.” QS al-An’am [6] 162. Rasulullah dan para sahabatnya telah meneladankan dalam hal mendahulukan Allah. Sesibuk apa pun urusan ketika ada panggilan melaksanakan shalat maka segera ditinggalkan urusan tersebut dan bersegera untuk melaksanakan shalat berjamaah. Dalam hadis riwayat Bukhari, Aisyah RA ditanya, “Apa yang biasa dilakukan Nabi SAW di rumahnya?” Aisyah menjawab, “Beliau membantu keluarganya, jika waktu shalat tiba, beliau berwudhu dan keluar untuk shalat.” Ibnu Abbas RA menceritakan kepada para sahabat yang disibukkan dengan pekerjaan dan perniagaannya. Ketika azan berkumandang, mereka langsung meninggalkan perkerjaan dan perniagaannya, lalu berduyun-duyun menuju masjid untuk shalat berjamaah. Begitu pula yang disaksikan Abdullah bin Umar RA ketika datang ke sebuah pasar. Ketika tiba waktu shalat berjamaah, para pedagang serentak menutup toko-toko mereka dan bersama-sama berjalan menuju masjid. Seperti itu seharusnya, dalam kondisi apa pun ketika ada undangan dari Sang Pencipta untuk menunaikan shalat, seorang Muslim harus segera memenuhi undangan tersebut. Pesan itu pula yang disampaikan Imam Syahid Hasan Al-Banna, “Bangkitlah segera untuk melaksanakan shalat apabila mendengarkan azan walau bagaimanapun keadaannya.” Sikap di atas kadang bertolak belakang dengan kondisi di masyarakat. Tidak jarang kita melihat orang yang lebih asyik dengan kegiatan rapat, mengajar, bisnis, belanja, olahraga, nonton TV, main HP, sibuk dengan anak, dan kegiatan lainnya, yang menomorduakan pelaksanaan ibadah shalat dengan tanpa bersalah. Tidak patut bagi Muslim meremehkan kewajiban shalat. Shalat sebagai salah satu pilar dalam bangunan Islam HR Bukhari, dan ibarat kepala dalam tubuh HR Thabrani. Karena itu, setiap Muslim hendaknya bertekad mendirikan shalat tepat waktu dan tidak menundanya, apalagi melalaikan. Secara tegas, Alquran mengecam orang yang meremehkan kewajiban shalat hingga terlewat waktunya QS Al-Ma’aun [107] 4-5. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita, kaum Muslimin, dalam mendahulukan hak Allah di atas hak siapa pun. Sehingga kita layak disebut sebagai orang yang tidak lalai dalam mengingat-Nya. Amin.